Tren “Hidup Lebih Pelan” Mulai Populer di Kalangan Pekerja Muda
Jakarta — Tren “Slow Living” atau gaya hidup lebih pelan kini semakin ramai dibicarakan di media sosial. Banyak pekerja muda mulai menaruh perhatian terhadap keseimbangan antara karier dan kesehatan mental. Mereka mulai mengurangi ritme kerja yang terlalu cepat, membatasi lembur berlebihan, dan mulai memprioritaskan waktu istirahat.
Menurut pengamat gaya hidup, era digital mendorong manusia untuk selalu cepat dan terus terhubung. Namun tekanan ritme tersebut kini dianggap tidak sustainable. “Generasi muda mulai sadar bahwa kelelahan mental dan burnout itu nyata. Kini mereka lebih sadar untuk membatasi diri,” kata Anisa R, seorang psikolog dari Jakarta.
Slow living sendiri bukan berarti malas atau tidak mau berkembang. Konsep ini lebih mengarah pada cara menikmati proses hidup tanpa terburu-buru. Contohnya adalah menikmati waktu sarapan tanpa terburu-buru baca email kantor, mengurangi screen time setelah jam kerja, dan mulai menjadwalkan aktivitas santai seperti membaca buku atau berkebun.
Tren ini juga mendorong berkembangnya bisnis yang mendukung gaya hidup lebih tenang, seperti tempat retreat, kelas meditasi, dan brand yang mempromosikan kesadaran diri.
Dengan meningkatnya kesadaran kesehatan mental, tren slow living diprediksi akan terus berkembang di tahun-tahun mendatang, terutama di kota-kota besar dengan ritme kerja yang tinggi.
Berita Populer
-
Kapolres Jombang Resmi Bentuk Satgassus Curanmor, Tegaskan Komitmen Berantas Kejahatan di Wilayah Kabupaten Jombang
HUKUM, TNI, dan POLRI • 4 hari yang lalu -
Tren Kuliner Sehat Kian Digemari
Lifestyle • 2 bulan yang lalu -
Maraton Internasional Kembali Digelar di Jakarta
Olahraga • 2 bulan yang lalu -
Generasi Muda Gandrungi Hobi Berkebun
Lifestyle • 2 bulan yang lalu -
Liga Nasional Basket Resmi Dimulai
Olahraga • 2 bulan yang lalu